Klaim ? Hal biasa atau luar biasa ?
Topik itu lah yang menghebohkan warga negara kita beberapa waktu yang lalu. Tidak rela rasanya saat kebudayaan kita bangsa Indonesia seperti misalnya Reog Ponorogo, diklaim oleh negara tetangga. Pernyataan-pernyataan klaim itulah yang membuat warga negara kita merasa geram dan menghujat negara tetangga itu.
Bersalah mereka mengklaim kebudayaan kita? Saya rasa mereka tetap bersalah! Tapi apakah semua kesalahan dijatuhkan sepenuhnya kepada mereka? Bukankah ‘mereka hanya mengambil barang yang diabaikan oleh pemiliknya’? Yap, mereka hanya mengambil “barang” yang diabaikan oleh pemilihnya. Dan barang itu adalah kebudayaan bangsa yang diabaikan oleh warga negaranya sendiri.
Kemana
saja mereka saat belum terjadi klaim budaya? Kenapa saat pernyataan klaim itu
mencuat mereka baru menyadari bahwa mereka memiliki kebudayaan? Seharusnya
warga negara kita instropeksi dan memperbaiki diri agar citra kebudayaan yang
kita miliki tetap terjaga.
Apalagi jika melihat apresiasi terhadap seni
dari generasi muda bangsa kita, mereka lebih suka menyaksikan tari-tarian
modern dari barat dari pada harus melihat tari-tarian tradisional bangsa
Indonesia. Mereka melakukan hal itu Cuma gara-gara mereka takut disebut “ngga
gaul”.
Kalau sudah begitu, bagaimana cara mengatasinya? Jalan satu-satunya yang
bisa dimpuh ya harus menumbuhkan rasa cinta mereka terhadap kebudayaan bangsa
Indonesia.Rasa cinta inilah yang nantinya akan mendorong
para generasi muda memiliki rasa keingintahuan mengenai kebudayaan mereka
sehingga mereka dapat menghargai kebudayaan tersebut. Dan disisi lain,
sebaiknya acara-acara yang mengangkat nilai-nilai kebudayaan semakin
diperbanyak dan dikemas semenarik mungkin.
Jika kita sudah memiliki rasa itu semua maka
kita telah menganggap kebudayaan itu penting, dan negara lain tidak mungkin
akan mengambil “barang” yang kita sendiri menganggapnya penting. Pemuda dalam
hal ini jelas memiliki peran besar sebagai apresian seni kebudayaan.
Melalui tangan pemudalah kebudayaan kita bisa berkembang jika diapresiasi
dengan baik. Tidak hanya itu, para pemuda jugalah yang nantinya akan bertindak
sebagai penerus dan pemelihara kebudayaan bangsa. Kalau bukan kita para pemuda
lalu siapa lagi?
0 comments: