Posted by Syarif Hidayatullah | 0 comments

Bisa Karena Kesempatan



      Kejadian ini bermula pada 2 tahun yang lalu, tepatnya dipertengahan tahun. Ceritanya aku mengantarkan temanku ke sebuah seleksi yang cukup membosankan menurutku. Ya, ini adalah seleksi menari untuk acara Festival Reog Nasional. Huah.... tapi tak apalah, namanya juga demi teman, hehehe... Seleksi dimulai, dan aku hanya duduk termenung di sudut ruangan sambil mengamati mereka-mereka yang mengikuti seleksi.

     
       Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam berlalu dan berakhirlah seleksi itu.
Keesokan harinya, seperti hari-hari biasa dan tidak ada sedikitpun rasa yang janggal dihari itu, tapi ada yang aneh, seorang guru tari memanggilku dan kalian tahu apa yang terjadi ? ternyata aku disuruh ikut Festival Reog Nasional tanpa mengikuti seleksi apapun. Aku terdiam sejenak, jantung rasanya berneti berdetak dan darah serasa berhenti mengalir. Aku terkejut dan seakan tak mempercayai tawaran ini. Teringat difikiranku sebuah kata dari Donald Trump (Orang terkaya di Amerika sekaligus motivator dunia) dalam bukunya Think Big and Kick Ass ”Bersikaplah terbuka pada gagasan baru dan bersedialah mencoba sesuatu yang baru”.

     Tanpa pikir panjang dan berpedoman sama kata-kata Pak Donald Trump, aku langsung mengiyakan kesempatan ini. Setelah mengiyakannya, aku langsung buru-buru masuk ke kelas (karena ada mata pelajaran lain), aku tidak tahu apa yang aku rasakan saat itu, ada perasaan senang, bangga, tidak percaya diri dan lain-lain yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

      Hari demi hari berganti, latihan demi latihan pun aku lewati. Dan tidak terasa dengan waktu yang menurutku sangat singkat, hari tampilpun sudah didepan mata. Musik dihidupkan, terdengar suara-suara khas ponorogo yang masuk ke telinga dan ke relung jiwaku. Perasaan nervous menghampiri diriku, tetapi aku mencoba tetap fokus sampai akhir penampilan. Kami cukup puas dengan penampilan kami hari itu. Ya, meskipun terjadi beberapa kesalahan, tapi itu semua tidak membuat optimisme kami menjadi juara turun.

     Beberapa minggu kemudian, tibalah pengumuman juara. Dan terjawablah sudah semuanya. SMA kami tidak memperoleh juara apapun. Kami semua merasa kecewa, sedih dan menyesal. Tapi rasa itu tidak berlangsung lama. Kami sadar, bahwa kami sudah melakukan yang terbaik dan mungkin tahun-tahun berikutnya kami dapat menyabet juara.

     Terlepas dari semua itu, aku menyadari bahwa menari itu bukan hal yang membosankan dan aku malah bangga, karena aku bisa meletarikan budaya. Coba saja kalau aku tidak mengambil kesempatan itu, mungkin sekarang aku masih belum menyadari bahwa begitu pentingnya melestarikan budaya apalagi bagi generasi muda seperti kita-kita ini. J

0 comments: